Bandung ( Indonesiamandiri ) – Awan mendung di usaha mineral, tambang dan batubara (minerba) dalam negeri belakangan ini membuat Ikatan Ahli...
Bandung (Indonesiamandiri) – Awan mendung di usaha mineral, tambang dan batubara (minerba) dalam negeri belakangan ini membuat Ikatan Ahli Geologi Indonesia/IAGI berpikir keras dan kreatif untuk tetap mencari “jalan tengah” yang tepat. Suasana lesu ini juga bukan hanya dialami oleh Indonesia semata. Sebagian besar negara lain yang banyak menggantungkan diri di sektor minerba, pun terkena imbasnya pula.
“Oversupply pada sejumlah komoditas di tengah pertumbuhan ekonomi yang rendah, menempatkan harga komoditas migas dan tambang (mineral dan batubara) akan tetap tertekan. Sikap negara-negara OPEC yang tetap mempertahankan tingkat produksi untuk mempertahankan pendapatan fiskal mereka, telah membuka mata bahwa kembali tingginya harga minyak, bukan hal yang mudah. Demikian juga komoditas industri mineral dan batubara (minerba), yang selama ini diuntungkan dengan permintaan yang tinggi atas pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Namun, pelemahan ekonomi Tiongkok membuat permintaan komoditas minerba menurun tajam,” demikian pesan siaran pers IAGI, saat berlangsungnya Kongres GEOSEA XIV dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Ahli Geologi Indonesia selama tiga hari (10-13/10), di Bandung.
Kongres yang mengambil tema “ASEAN Earth Resources and Geoscientist Role in AEC Era”, dibuka oleh Dr. Ir. Ego Syahrial, M.Sc, Kepala Badan Geologi Indonesia mewakili Menteri ESDM, yang juga disaksikan Dirjen Bina Marga mewakili Menteri PUPR serta Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Jawa Barat mewakili Gubernur Jawa Barat. Acara tahunan IAGI kali ini dihadiri oleh perwakilan GEOSEA dari Malaysia, Myanmar, Filipina, Vietnam, Thailand, Jepang, Tiongkok dan Australia. Sampai acara pembukaan tercatat jumlah peserta lebih dari 400 orang.
Lebih jauh, IAGI menyoroti kondisi Indonesia yang harus cepat berbenah diri untuk membangkitkan kembali usaha di sektor minerba. Jadi, meski Indonesia bukan pelaku utama dalam memainkan harga komoditas di pasar perdagangan internasional, tetapi bukan berarti tidak bisa melakukan suatu terobosan. Yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan melakukan berbagai langkah efisiensi pada skala korporasi disamping langkah strategis jangka panjang guna memposisikan sumberdaya kebumian sebagai cadangan strategis nasional. Namun, efisiensi jangka pendek yang telah dilakukan oleh pihak pengusaha pelaku industri migas dan pertambangan, tidak akan bergerak optimal selama pemerintah tidak paralel dalam melakukan revisi yang terkait dengan kebijakan fiskal. Sinergi yang terus harus dijaga dan diperkuat antara investor migas dan pertambangan menjadi sebuah startegi nasional, menjadi jalan untuk memperkuat pemerintah dalam keinginannya untuk terus meningkatkan pendapatan dari sektor migas maupun minerba sebelum sektor ini dapat memposisikan diri sebagai cadangan nasional. Perlu diingat, dalam pelaksanaan kegiatan sektor ini tetap harus terjaga dalam koridor good mining practices.
Dengan kondisi seperti itu, bagi IAGI yang kini telah berusia 56 tahun, ingin turut serta berperan aktif memberikan sumbangan pemikiran dan langkah nyata kepada Pemerintah agar tetap onal tesebut.
Menghadapi serta memecahkan masalah di sektor pertambangan minerba, perlu sikap tegas dan konsistensi pemerintah atas visi jangka panjang dan misi berjangka lebih pendek yang harus dimiliki. Bagi Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sebagai organisasi profesi yang telah berusia 56 tahun, disamping secara keilmuwan dan profesinya tetap perduli terkait nasib usaha negara di sektor minerba, juga berkeinginan berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Melihat masalah makro dihadapi oleh industri pertambangan minerba saat ini dan ke depan serta mengingat hampir semua profesi kegeologian terlibat secara profesional dalam industri kebumian ini, maka untuk menjaga kepentingan nasional secara menyeluruh, IAGI mengusulkan solusi sebagai quick win dengan harapan agar industri pertambangan minerba dapat terus terjaga dan tumbuh ke arah lebih konstruktif. Usulan atau quick win yang dimaksud antara lain:
*Moratorium Ijin Usaha Pertambangan (IUP) perlu dicabut dan proses lelang Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP) segera dilakukan, khususnya kepentingan dalam memperluas cakupan wilayah dalam menggerakkan kegiatan eksplorasi guna meningkatkan neraca inventori sumberdaya kebumian nasional.
*Pemerintah perlu segera melakukan berbagai langkah penyesuaian/perbaikan yang terkait dengan kebijakan fiskal untuk industri pertambangan, antara lain insentif bagi pelaku eksplorasi, keringanan pajak (dan atau tax holiday) serta berbagai pajak yang lain seperti iuran tetap, PBB dll. yang saat ini dirasa memberatkan bagi pelaku eksplorasi.
*Perijinan agar dapat dibuat menjadi lebih efisien dengan dibangunnya sinergi antar kementerian terkait. Diterapkannya ijin satu pintu bisa menjadi solusi yang semangat dan visinya perlu diletakkan sebagai kepentingan nasional. Kemudahan/aksesibilitas data yang bersifat regional hendaklah menjadi standar agar para pelaku eksplorasi bisa mendapatkan gambaran umum atas area-area potensial yang ditawarkan.
*Pengelolaan industri pertambangan paska dikeluarkannya UU Minerba yang berjalan lambat (khususnya penerbitan PP terkait) secara langsung telah mempengaruhi laju dan besaran investasi. Mencermati peta persaingan perdagangan minerba internasional dan kebutuhan riil peningkatan pemasukan negara dari sektor pertambangan; semestinya relaksasi aturan bisa menjadi salah satu alternatif khususnya bagi komoditas tambang yang memiliki kadar rendah, yang selama ini dikategorikan sebagai waste dan menjadi beban proyek. Relaksasi aturan tentang pengolahan mineral bijih berkadar rendah diharapkan dapat memberikan manfaat optimal bagi kelangsungan hidup proyek dan menjadi salah satu subyek pendapatan negara.
*Pemerintah melalui instansi terkait seperti Badan Geologi perlu mempromosikan potensi target-target eksplorasi baru yang tidak umum/ unconventional exploration targets, seperti deposit emas tipe orogenik, nikel sulfida, timah sulfida dan bahan-bahan tambang lain sebagai daya tarik investasi pertambangan baru. Lebih ke depannya untuk mencukupi keperluan industrialisasi Indonesia di masa yang akan datang. Selain itu, perlu juga mulai digalakkan penerapan konsep, metode dan teknik terbaru dalam melakukan eksplorasi untuk target-target konvensional untuk menemukan deposit-deposit baru. Organisasi profesi seperti IAGI-MGEI bisa membantu melakukan identifikasi potensi-potensi yang ada serta membagi pengetahuan tentang konsep, teknik dan metode baru tersebut.
*Pembuatan langkah strategis pemerintah dalam kaitan peningkatan neraca inventori sumberdaya kebumian secara menyeluruh melalui kegiatan eksplorasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat banyak bahan baku yang digunakan dalam industrialisasi bersumber dari sumber daya kebumian yang ada di Indonesia. Untuk mengundang minat pelaku eksplorasi, langkah strategis ini perlu dituangkan dalam rencana kegiatan kerja bertahap yang jelas dalam bentuk road map (abri).