Jakarta (Indonesia Mandiri) - Meski kondisi perekonomian nasional yang sedang berjalan perlahan, namun BUMN bidang penerbangan PT Garuda In...
Jakarta (Indonesia Mandiri) - Meski kondisi perekonomian nasional yang sedang berjalan perlahan, namun BUMN bidang penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ternyata di awal 2015 masih bisa membukukan laba bersih US$ 27,7 juta (Rp 360 miliar). Padahal, dengan mengaca pada tahun lalu di periode yang sama, justru Garuda menelan kerugian sebesar US$ 203 juta (Rp 2,6 triliun).
Laba Garuda diperoleh diantaranya dari naiknya pendapatan usaha dan turunnya beban usaha. Hampir semua pos di beban usaha Garuda turun dibandingkan tahun sebelumnya. Seperti dikutip dari laporan kinerja keuangan Garuda, Rabu (29/7/2015), pendapatan Garuda tercatat US$ 1,84 miliar di paruh pertama tahun ini, bandingkan dengan tahun sebelumnya US$ 1,75 miliar.
Sementara beban usahanya tercatat US$ 1,7 miliar, turun dibandingkan semester I-2014 yang sebesar US$ 1,9 miliar. Sehingga Garuda mencatat laba usaha US$ 77,5 juta dalam enam bulan pertama 2015, sebelumnya rugi usaha US$ 235 juta. Setelah dipotong pajak, Garuda masih mengantongi laba periode berjalan US$ 29,2 juta dibandingkan sebelumnya rugi periode berjalan US$ 201 juta.
Pada perdagangan hari ni, hingga pukul 13.50 waktu JATS harga saham GIAA naik 16 poin (3,76%) ke level Rp 442 per lembar. Sahamnya diperdagangkan 1.172 kali dengan volume 74.489 lot senilai Rp 3,3 miliar.
Saat ini, tugas berat sudah menghadang Garuda. Misalnya, dengan erupsi Gunung Raung di Jatim dan Gamalama di Ternate (Maluku), yang mengakibatkan pengoperasian bandara di Jember, Banyuwangi, Bali, Juanda, Lombok dan Ternate sempat ditutup, akan berdampak bagi operasional Garuda. Banyak sekali penerbangan Garuda yang ditunda karena hal tersebut (Taruna).