Pembinaan hubungan antara pembina partai dengan pimpinan partai dan para anggota atau simpatisan partai di dunia politik Jepang menyerupai hubungan da
Salah satu pola kampanye politik di Jepang |
Ini dipaparkan Guru Besar Sastra Jepang dari FIB Universitas Indonesia, Prof. Dr. I Ketut Surajaya, MA., dalam Webinar di Jakarta (21/7). Webinar diadakan Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, membahas tentang “Shinzo Abe dan Demokrasi Ala Jepang,” serta dipandu Swary Utami Dewi dan Amelia Fitriani.
Menurut Ketut, ada pola primordial Oyabun-Kobun di Jepang. Oyabun adalah representasi pembina, penasihat, dan ketua partai. Sedangkan Kobun adalah representasi dari anggota dan simpatisan partai. “Dalam kampanye pemilu, kepentingan individual atau faksi Oyabun-Kobun sejalan dengan kepentingan partai. Yang beda hanyalah fokus program yang dikampanyekan,” lanjutnya.
Ditambahkan oleh Ketut, kondisi ini rentan dengan hubungan-hubungan primordial. “Seperti pembangunan simpati, empati oleh calon, kepada pemilih yang rentan politik uang, penyogokan,” tutur pakar budaya Jepang ini.
I Ketut Surajaya (kiri) |
“Ketika kampanye dalam rangka pemilu, untuk anggota Majelis Tinggi dan Majelis Rendah di Jepang, para kandidat atau simpatisan tidak boleh mendatangi rumah kediaman penduduk,” ungkap Ketut (lw).
Foto: Istimewa