Masih banyak yang salah paham tentang konsep moderasi beragama. Moderasi beragama tidaklah mengurusi kehidupan beragama seseorang, beserta dampak yan
Moderasi agama justru menyentuh kehidupan sosial |
Hal itu dipaparkan pencetus moderasi beragama, yang juga mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, dalam Webinar di Jakarta (23/6), diadakan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA.
Menurut Lukman, moderasi beragama fokus pada konteks “dalam kehidupan bersama.”
Jadi, hal utama diperhatikan moderasi beragama adalah dampak sosial, yang timbul dari paham dan praktik keberagamaan di ruang publik.
“Salah satu inti pokok ajaran agama adalah membangun kemaslahatan bersama. Maka, moderasi beragama mengarah pada wilayah eksternal seseorang, sebagai dampak sosial yang ditimbulkan dari proses beragamanya,” ulas Lukman.
Karenanya, moderasi beragama sama sekali tak mengusik sedikitpun wilayah internal (forum internum) seseorang dalam beragama.
“Perkara keimanan (akidah), tata cara ritual peribadatan yang telah memiliki pola bakunya, dan hal-hal keagamaan yang bersifat personal dan privat seseorang dengan Tuhannya atau dengan sesamanya, bukanlah menjadi perhatian utama moderasi beragama,” lanjut Lukman.
Jadi, kata Lukman, memahami dan mengamalkan ajaran agama secara moderat --dalam artian tidak berlebih-lebihan dan tidak melampaui batas-- adalah perintah agama itu sendiri.
“Mengapa agama memerintahkan demikian? Karena manusia memiliki berbagai kelemahan dan keterbatasan,” ungkap Lukman.