Labuan Bajo/NTT (IndonesiaMandiri) – “Tahun 2020 ini merupakan tahun produksi. Jika tahun ini belum sempurna maka masih ada tahun berikutnya. Kita ak
Pesona Labuan Bajo tak hanya tentang satwa purba Komodo, tapi juga keunikan kearifan lokalnya |
Labuan Bajo/NTT (IndonesiaMandiri) – “Tahun 2020 ini merupakan tahun produksi. Jika tahun ini belum sempurna maka masih ada tahun berikutnya. Kita akan terus melakukan pendampingan selama 5 tahun sampai akhirnya produk kreatif ini matang,” ucap Direktur Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan Kemenparekraf, Mohammad Amin (19/11), saat uji publik aksilarasi secara daring dari karya pareraf di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur/NTT.
Uji publik program aksilirasi (Aksi Selaras Sinergi) Labuan Bajo guna mengkaji hasil karya produk unggulan dari empat subsektor kreatif meliputi seni musik, seni rupa, seni pertunjukan, dan penerbitan yang telah didampingi selama 3 bulan. “Kami juga mengundang penangkap karya untuk memberikan masukan konstruktif dan menilai terhadap produk yang dihasilkan, tujuannya agar produk kreatif yang dihasilkan nantinya layak diperbanyak untuk dijadikan produk parekraf,” tambah Amin.
Program aksilarasi yang bertujuan mendukung Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas ini sudah dimulai sejak September 2020, dilanjutkan kegiatan inkubasi pada 3 sampai 16 Oktober 2020 untuk menghasilkan produk unggulan dari 4 subsektor tersebut. Kemudian dilakukan uji publik atas program tersebut.
Adapun karya yang diuji publik sebanyak 16 karya, yakni meliputi seni musik sebanyak 3 karya yakni Sompo, Flores Human Orchestra, dan Labuan Bajo World Band. Lalu ada seni pertunjukan sebanyak 8 karya yang terdiri dari 3 tari berbasis tradisi, 2 tarian animal pop komodo, dan seni pertunjukan teater.
Kemudian terdapat naskah terdiri dari, cerita rakyat, pertunjukan kolosal. Ada pula seni rupa berupa site specific. Serta ada 4 karya penerbitan, terdiri dari 3 dummy buku seri mengenal Labuan Bajo, dan 1 peta jelajah Labuan Bajo. Amin menyebut, setelah diadakan uji publik, Kemenparekraf akan terus melakukan pendampingan kepada peserta program aksilirasi sampai 5 tahun ke depan.
Sastrawan Nusa Tenggara Timur, yang juga menjadi penanggung jawab di subsektor penerbitan, Dicky Senda, mengaku senang dengan adanya uji publik aksilarasi, sebab dummy buku yang telah ia garap, akan mendapat berbagai masukan agar kualitas isi buku tersebut menjadi lebih baik lagi.
“Uji publik kami masih dapat dibilang baru 50 persen, akan masih banyak revisi, dan tentu saja uji publik ini menjadi bagian dari perkembangan kami menjadi lebih baik. Jadi nantinya harapan kami buku-buku ini dapat dicetak dan didisplai di ruang publik, dan dapat dijadikan sebagai panduan para turis saat berwisata ke Labuan Bajo,” papar Dicky (vh/dh).