Jakarta (IndonesiaMandiri) – Dua srikandi yang kesehariannya sebagai prajurit Marinir, TNI AL, sama-sama menekuni olahraga terjun. Mereka sepakat tak merasa rendah hati, atau dibedakan kemampuannya, dengan pria, dalam hal kemampuan fisik maupun intelektual. Terlebih di dunia kemiliteran yang sangat keras dan ketat untuk kedisiplinan. Tina Purnama Putriyana, kelahiran Majalengka, Jawa Barat (1992) dan Faradila Putri Kusuma, asal Surabaya, Jawa Timur (1994). Keduanya bergabung ke TNI AL pada 2012. Dua tahun kemudian, Tina dan Dila memperoleh surat perintah dari Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) pada 2014, untuk penugasan menjadi penerjun. Di angkatan mereka, lahir enam penerjun perempuan.
Penerjun perempuan asal Marinir TNI AL, Sertu Dila (kiri) dan Sertu Tina (kanan) |
Tina Purnama Putriyana, kelahiran Majalengka, Jawa Barat (1992) dan Faradila Putri Kusuma, asal Surabaya, Jawa Timur (1994). Keduanya bergabung ke TNI AL pada 2012. Dua tahun kemudian, Tina dan Dila memperoleh surat perintah dari Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) pada 2014, untuk penugasan menjadi penerjun. Di angkatan mereka, lahir enam penerjun perempuan.
Kini, dua srikandi ini sangat dikenal di TNI AL khususnya dan TNI umumnya, karena kepandaiannya dalam mengikuti berbagai even terjun bebas (free fall). “Kalau di TNI AL, jumlah dari penerjun perempuan (Korps Wanita TNI AL atau Kowal), sebenarnya masih sedikit dibanding angkatan lainnya. Sejak kami bergabung, sekarang jumlahnya meningkat hingga kini ada 17 penerjun Kowal,” ucap Dila.
Pengalaman yang dilalui Tina dan Dila selama menekuni olahraga terjun, sangat menarik. Dari semula ada rasa takut karena berada di ketinggian, kini, menjadi sangat ketagihan berada di udara. Pada saat awal, yang namanya mengikuti terjun, saat sampai di bumi, beberapa kali “nyasar” atau diluar target, seperti terjun di atap rumah orang, di pohon, jalan tol, dan lain sebagainya.
Kini, awan seperti sahabatnya yang setiap saat digaulinya. Baik Tina maupun Dila sudah mengantongi lebih dari 300 jam terbang atau penerjunan. Dila belum menikah, sementara Tina sudah dan dikarunia satu anak. Orang tua maupun suami terus mendukung kedua Kowal ini dalam menekuni dunia terjun.
“Saya pernah patah tangan, saat mau terjun sudah keluar dari pesawat untuk membentuk formasi di udara. Jadi sampai tiba di bawah saya hanya dengan satu tangan. Alhamdulilah selamat,” kisah Tina mengingat pengalamannya. Karena ada kendala tangan, Tina sempat istirahat lumayan lama dari olahraga terjun.
Sementara Dila, sudah sempat mengikuti misi TNI dalam Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon selama 13 bulan. Dila dan Tina kini dalam keseharian bertugas di Brigade Infantri I Marinir, Cilandak, Jakarta. Keduanya berpesan kepada generasi penerus, khususnya kaum perempuan, untuk lebih percaya diri dalam berkarir. Perempuan dan pria memiliki kemampuan yang sama.
Beberapa pengalami terjun yang pernah dilalui Tina dan Dila diantaranya, Panglima Cup 2015 , Kasau Cup di Lanud Atangsanjaya 2016, Demo Festival Pahwang Lampung 2016, Demo Sail Selat Karimata Pontianak, Panglima CUP 2017 di Pondok Cabe, HUT Marinir, HUT ke 72 TNI 2017, Demo di UGM Yogjakarta 2017 dan Demo Apel Wanita TNI Hari Kartini di Monas 2018 (ma).
Foto: PenMarinir