MUNTOK ( Indonesia Mandiri ) - Semangat Bupati Bangka Barat ust. Zuhri M. Syazali, Lc. MA, menjadikan wilayahnya sebagai kawasan wisata seja...
MUNTOK (Indonesia Mandiri) - Semangat Bupati Bangka Barat ust. Zuhri M. Syazali, Lc. MA, menjadikan wilayahnya sebagai kawasan wisata sejarah dan pusaka nasional patut di acungkan jempol.
Pasalnya, Zuhri langsung menangkap peluang untuk kembangkan wilayahnya dikenal luas dengan menjadi tuan rumah The International Homestay Promotional Fair & Old Town Workshop 2015 di Muntok (ibukota Kabupaten Bangka Barat), pada 11-12 September.
Acara ini merupakan rangkaian kerjasama yang dijalankan sejak lama oleh tiga negara ASEAN dalam forum IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand growth triangle). Dan sektor Pariwisata adalah salah satu pilar yang memang dikerjasamakan.
Seperti diketahui, kota Muntok sejak abad 18 sudah dikenal dunia - utamanya Belanda dan Inggris - yang memanfaatkan tambang timah dan hasil lada putih untuk komoditi penting di negaranya. Itu sebabnya, Muntok yang dahulu dikenal dengan nama Mentok, dijadikan basis penting produksi Timah.
Museum timah yang berada di jantung kota Muntuk, mulanya adalah kantor Penambangan Timah sekaligus Pemerintahan milik Belanda dengan nama Hoofdbureau Bangka Tin Winning pada 1915. Semenjak itu banyak bangunan penting milik perusahaan Timah di Muntok.
Kemudian dalam perkembangannya, bangsa Cina dan Melayu juga banyak hadir di sini. Itu sebabnya peninggalan Cina dan Melayu juga sangat kentara di Muntok, seperti Gudang Mayor Cina, Komplek Makam Kampung Patemun, dan lain-lain.
Berbagai titik temu warisan budaya lintas bangsa ini kemudian yang dikemas dengan baik oleh Zuhri untuk ditawarkan kepada masyarakat luas, baik di dalam dan luar negeri, untuk dinikmati.
Acara dua hari seminar dan pameran kota tua serta rumah tinggal (Homestay) untuk wisata di Muntok ini memang sengaja dibuat bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata. Pesertanya lebih dari 100 orang perwakilan dari berbagai latar belakang yang memiliki keinginan sama untuk memelihara kota tua.
"Kami sangat berharap dengan kegiatan ini menjadi tonggak sejarah Bangka Barat untuk bangkit di bidang wisata," tegas Zuhri. Homestay yang disediakan oleh masyarakat begitu beragam, mulai dari model tradisional hingga yang berarsitektur modern. Intinya, Zuhri mengajak seluas-luasnya masyarakat untuk terlibat aktif. Karena rumah yang dipakai adalah rumah milik masyarakat setempat. Merekalah yang merenovasi dan memberikan pelayanan terbaik kepada siapapun pengunjungnya. Tarif per kamar pun sangat terjangkau karena di bawah rp.300 ribu per malam (Abri).Foto : Abri